Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sang Pemimpi


     
Banyak yang bilang “sukses itu berawal dari mimpi” mimpi disitu bukan diartikan sebagai mimpi/bunganya tidur, melainkan mimpi yang lebih tepatnya dapat diartikan sebagai cita-cita/keinginan yang nantinya dapat terwujudkan.
           Lain halnya bagi mahasiswa yang kebetulan kuliah di salah satu kampus yang ada di Bojonegoro (STAI ATTANWIR) yang bertempat di Desa Talun, Kec. Sumberrejo. Mahasiswa yang akrab disapa MakDe yang kebetulan juga mengambil jurusan/prodi PBA. (MAS) nama singkatan panjangnya yang kini sudah menjejaki semester 5 itu, kesehariannya ialah berternak, dirumah ia mempunyai sapi & kambing. Every Day nya ia mencari nafkah untuk ternak-ternaknya, dan dari hasil ternaknya dia bisa melanjutkan study-nya hingga semester 5 ini. Setiap paginya ia mencari nafkah untuk ternak-ternaknya dan siangnya ia menimba ilmu dikampus tercintanya. Kekonsistennya itu bermula sejak ia duduk di bangku Aliyah hingga sekarang.
           Bermodalkan celurit & (sak) karung ia mencari nafkah (rumput) untuk ternak-ternaknya, menyusuri tiap-tiap bulir embun yang membasahi dedaunan di rerumputan, pergi mencari nafkah beserta mimpi & cita-citanya.
           Ia percaya bahwa suatu saat nanti mimpi-mimpinya tersebut akan terwujud manakala ia yakin & selalu optimis. “karena orang yang sukses adalah orang yang berani bermimpi & berani  mewujudkan mimpi-mimpinya” gumamnya dalam hati. Tanpa kenal lelah dan putus asa ia mengumpulkan rumput untuk ternak-ternaknya. “dan orang yang gagal adalah orang yang gampang berputus asa meratapi keadaannya sendiri, bagaimana mungkin aku bisa kufur sedangkan nafas ini selalu berhembus tanpa henti, tanpa kuminta”, lanjutnya yang mantap dalam hati.
           Setelah karung (sak)nya penuh, ia pulang, dan dalam perjalanan pulang ia berbicara pada dirinya sendiri. “jangan pernah meremehkan kekuatan manusia, karena Tuhan sedikitpun tidak pernah”, gumamnya yang pelan yang secara spontan keluar dari mulut begitu saja, mengingat tulisan dari salah satu novel yang pernah ia baca.
           Walaupun disela-sela kesibukannya itu ia sempatkan waktunya untuk membaca, entah itu membaca buku tentang keilmuan, novel, sejarah dan sebagainya. Baginya yang terpenting dari membaca semuanya itu adalah membaca diri sendiri secara berulang-ulang agar tidak terulang kesalahan yang sama atau yang kedua kalinya.
           Baginya meremehkan orang lain sama saja dengan meremehkan diri sendiri & menghina orang lain sama halnya dengan menghina diri sendiri.
           Dan dari situ muncul suatu keyakinan bahwa setiap manusia mempunyai potensi, tinggal bagaimana dia mau atau tidaknya menggali dan mendayagunakan potensi tersebut, dan tidak ada potensi negative di dalam diri manusia, kecuali manusia itu salah memenejnya.

           Dan dari pengalaman (ngarit)nya dia bisa mengambil hikmah bahwa: “ tidak ada yang sempurna dalam hidup ini, hanya seorang pecundanglah yang menginginkan hidup yang sempurna”. Namun kita bisa menyempurnakan hidup ini, dengan mensyukuri segala nikmat & karunia-Nya yang telah diberikan secara Cuma-Cuma pada kita semua (makde/red).

Posting Komentar untuk "Sang Pemimpi"